Rabu, 20 April 2011

MASYARAKAT DESA LAMBANDIA SIAP MENJADI DESA KAKAO MODEL MENUJU KOLAKA EMAS

Catatan Lepas dari Reser DPRD Kolaka
Ada hal berbeda dari reses DPRD Kabupaten Kolaka masa Sidang I Tahun 2011 ini. Jika tahun-tahun sebelumnya kegiatan reses hanya dilaksanakan di ibu kota Kecamatan yang dihadiri para kepala Desa, penyerapan Aspirasi kali ini dilakukan kedesa-desa dengan mengadakan tatap muka dan dialog secara langsung bersama warga setempat seperti yang terjadi di Balai Desa Lambandia, Jumat (15/4) siang. Hadir dalam pertemuan ini berbagai lapisan masyarakat yang berada di Desa Lambandia termasuk para pengurus dan anggota kelompok tani serta para tokoh masyarakat setempat. Adapun anggota Dewan yang hadir ialah Suardi Pato (Praksi Penegak Hanura) dari Komisi I dan Sudirman, SH (Fraksi Demokrat), Komisi III.
Dalam serap aspirasi ini respon masyarakat cukup antusias. Hal ini terlihat saat sesi tanya jawab dan serap aspirasi yang dimoderatori oleh sekdes Lambandia sendiri. Begitu masuk pada sesion dialog, tanpa diperintah warga langsung beramai-ramai mengacungkan jari, tanda ingin menyampaikan uneg-uneg-nya. “Saya berharap anggota Dewan yang ada di sini bisa member solusi pada kami terkait dengan banyaknya perusahaan kakao yang masuk mengimi-imingi harga permentasi yang tinggi tapi begitu kami melakukan permentasi, kakao kami malah dibeli dengan harga asalan. Akibatnya, sekarang petani tidak mau lagi melakukan permentasi,” Keluhan Tamrin, ketua Gabungan Kelompok Tani Lambandia. Tak hanya soal kakao, beberapa masalah seperti pelayanan prona (sertifikat tanah), rumitnya pengurusan KUR, kebutuhan Drayer (alat pengering) bagi petani pada saat hujan serta minimnya pembinaan koperasi dari instansi terkait, tak luput dari sorotan warga.
Menanggapi hal itu, Sudirman menegaskan, bahwa perusahaan manapun yang masuk kewilayah Lambandia, harus membuat MOU yang jelas bagi petani, sehingga bilamana terjadi permasalahan dikemudian hari, ada dasar hukum untuk memprosesnya secara hukum. Begitupun masalah Prona, masalah KUR dan kelompok tani, kedua anggota dewan itu berjanji akan mengkomunikasikan dengan dinas terkait.
Hal yang cukup menarik juga dalam kesempatan ini adalah munculnya gagasan untuk menjadikan desa Lambandia sebagai Desa Kakao Model. Sebetulya banyak usaha telah dilakukan pemerintah, terutama pada aspek teknis, baik melalui dinas perkebunan maupun oleh pihak swasta termasuk NGO luar negeri. Meski begitu, kebanyakan usaha tersebut bersipat proyek yang temporer, sehingga manakala proyek tersebut berakhir maka petani pun kembali pada pola lama mereka. Koreksi yang bisa kita petik dalam hal ini adalah pentingnya sebuah model pembinaan yang berkesinambungan dalam arti semua upaya-upaya perbaikan kualitas dan kuantitas kakao yang dilakukan oleh pemerintah maupun stake holder kakao lainnya, dapat diintegrasikan secara focus, menyeluruh dan berkelanjutan sampai benar-benar membuahkan hasil yang diinginkan. Model ini tentu harus dipusatkan dulu
perhatiannya pada satu wilayah tertentu untuk selanjutnya menjadi referensi bagi daerah-daerah lain. Dikabupaten kolaka, hal tersebut dapat dimulai oleh Pemda dengan menetapkan salah satu Desa di Kecamatan Lambandia ini sebagai desa Kakao model. Saya melihat masyarakat Desa Lambandia ini cukup siap untuk maksud tersebut. Demikian, gagasan Ihwan Kadir, salah satu peserta pada pertemuan tersebut yang juga adalah pendamping program kemitraan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember dengan Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) Lambandia.
Terkait dengan gagasan tersebut Suardi Pato langsung menanggapi dengan serius. “Dari beberapa desa yang kami kunjungi dalam beberapa hari ini, hampir semua keluhan masyarakat berhubungan dengan masalah kakao. Memang problem petani kakao ini tidak bisa lepas dari tanggung jawab pemerintah. Ini adalah persoalan langsung yang dialami masyarakat. Saya sangat setuju dengan ide Desa Kakao Model, sebab dari metode seperti itu kita bisa berharap kelak akan ada solusi bagi para petani kakao. Aspirasi seperti inilah yang diinginkan oleh Visi Kolaka Emas dan insya Allah saya sendiri yang akan menyampaikan langsung kepada Bupati”. Tegas legislator yang juga mantan petani dan Kepala Desa ini, disambut tepuk tangan seluruh hadirin.
Sebelum acara dialog ditutup oleh moderator, Sudirman mengajukan pertanyaan kepada peserta: Sebelum kita tutup acara ini, saya ingin mempertegas sekali lagi; Siapkah masyarakat Desa Lambandia manakala Desa lambandia dijadikan Desa Kakao Model? Dengan serempak masyarakat pun menjawab, Siap !!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar